Minggu, 19 April 2009

Nenek Cantik dan Kesabarannya

Sewaktu misa kamis putih kemarin, saya duduk di belakang seorang nenek cantik yang menggunakan tongkat untuk berjalan.
Beliau datang ditemani oleh cucu nya. Tetapi pada saat misa berlangsung, cucu nya hilang entah ke mana. Nenek tersebut duduk seorang diri tanpa keluarga yang menemani.
Selama misa berlangsung, nenek tersebut hanya duduk. Saya memahami kesulitannya bila ia harus bolak balik untuk berdiri kemudian duduk lagi.
Misa kamis putih berlangsung khusyuk dan memakan waktu 2 jam, saya kadang merasa gelisah di tempat duduk karena meskipun malam hari udara terasa panas. Tanpa sadar saya asyik mengipas ngipas badan saya dengan teks misa.
Karena asyik mengipas ngipas konsentrasi saya buyar dan pikiran melayang ke sana ke mari. Tapi, tiba tiba saya tersadar dari hayalan ketika tidak sengaja mata saya mengarah ke sosok nenek cantik yang duduk di depan saya.
Nenek cantik itu tetap duduk dengan tenang mengikuti misa dengan penuh perhatian dan kesabaran meskipun udara panas menyerang.
Saya jadi merasa malu sendiri, saya yang lebih muda dan lebih sehat tidak bisa se sabar nenek cantik itu. Akhirnya saya berhenti mengipas ngipas badan saya dan mulai berkonsentrasi kembali.
Terimakasih banyak buat nenek cantik yang sabar, engkau memberikan pelajaran kesabaran buat saya. ( elizatri )